Menjadi seorang guru saya pikir adalah sebuah pilihan dari pilihan pekerjaan yang kita harus siap dengan resikonya, senyum miris saya ketika guru-guru berdemo meminta kenaikan gaji, tentu bukan tuntutan kenaikan gaji itu yang membuat miris saya karena menurut pandangan saya tuntutan kita sebagai guru itu merupakan bentuk kasih sayang kita kepada pemegang kebijakan agar diakherat nanti dia tidak termasuk yang mendolomi posisi guru karena lalai memperhatikan posisi kesejahteraannya. Hal Yang membuat saya miris adalah saya takut bila kita sebagai seorang guru dilihat orang sebagai orang yang “lucu” karena seperti orang yang tidak tahu dengan pilihannya sudah tahu gaji guru kecil tapi tetap mau jadi guru.
CARA PANDANG POSISI GURU
Saya pikIr saat kita memutuskan menjadi seorang guru apatah itu guru honor taupun guru negeri posisi kesejahteraan guru tentu saat ini tidak akan sama dengan posisi para pengusaha atau para wirausahawan, ini yang harus kita sadari, bermula dari kesadaran pilihan ini akan menjadikan kita bukan sebagai objek yang perlu dikasihani orang tapi sebagi orang yang memilih menjadi guru yang belum diberi kesejahteraan yang layak sebagai pendidik. Cara pandang ini akan membedakan sikap kita saat menuntut kenaikan gaji dan saat kita menjadi seorang pendidik di kelas. Guru yang berpandangan sebagi objek yang perlu dikasihani dia akan memelas memperlihatkan “kemiskinannya” agar diberi gaji yang bagus, tapi guru dengan dipandang sebagai yang belum diberi layak kesejahteraan mereka akan memiliki daya tawar tinggi sehingga mereka memang pantas diberi gaji sebagai salah satu dasar pembentuK kesejahteraan tapi pemerintah tidak membayar mereka dengan layak.
Pada posisi cara pandang inilah saya pikir guru mesti bergerak jangan sampai kita terlihat sebagi dluafa yang perlu dikasihani mestinya kita menjadi seperti orang faqir dalam alquran yang tidak diketahui kefaqirannya karena mereka menjaga dirinya dari pandangan orang lain.
MEMBANGUN CARA PANDANG POSISI GURU
Selanjutnya yang menjadi pemikiran saya adalah baggaimana kita memiliki posisi yang tidak menjadi posisi dikasihani tapi meiliki kewibawaan manjadi orang yang pantas diberi gaji tinggi oleh siapapaun sehingga akan berdampak pada penghargaan posisi kita.
a. Sikap mental
Guru yang memiliki sikap mental ingin dikasihani maka mereka akan merengek-rengek agar mereka dikasihani dan diberi tunjangan dengan memperlihatkan ketiakberdayaannnya, tapi guru yang memiliki posisi layak digaji tingggi dia tidak akan merengek gajinya dinaikan tapi dia berfikir bagaimana agar dia memang layak untuk diberi gaji tinggi karena memiliki kualitas dan etos kerja yang bagus sehingga tidak layak diberi gaji rendah.
b. Kualitas diri
Ironi sekali bila kita sebagai guru memposisikan diri sebagai beban anggaran APBN negara karena sebenarnya kita tidak layak digaji tinggi tapi ingin diberi gaji tinggi, kita perlu instropeksi diri sejauh mana memang kita layak diberi gaji tinggi bila dilihat dari cara kita bertindak sebagi pendidik untuk itu kita perlu meningkatkan kualitas diri kita agar memang kita layak diberi gaji tinggi. Seminar, membaca buku, menguasai keterampilan mengajar merupakan kebutuhan kita bukan sekedar karena kita ingin lulus sertifikasi guru tapi sebagai jalan kita meningkatkan kualitas diri, kata-kata tidak ada fasilitas karena gaji kecil atau waktu yang kurang karena harus mencari penghasilan lain sejatinya bukan dalih dimana kita bisa aman untuk tidak meningkatkan kualiatas diri kita karena semuanya itu adalah resiko pilihan kita sebagai orang yang memilih menjadi guru tidak ada lagi dalih bagi kita untuk tidak meningkatkan kualitas diri.
KEWIBAWAAN GURU
Wibawa bukanlah sesuatu yang kita kejar penghargaan bukanlah tujuan kita menjadi guru sehingga kita menjadi gila akan kesemuanya itu dan menuntut diri untuk dihormati dan dihargai tapi diri kita sendiri yang akan membentuk posisi apakah kita layak dihargai atau tidak karena itu penghargaan kesejahteraan pun akan terbentuk ketika kita memang layak dihargai dengan kesejahteraan yang tinggi namun saat etos kerja kita sebagai guru tidak layak dihargai tinggi maka kita harusnya malu untuk terus bertahan diposisi ini dan lebih tak tahu diri lagi kita pun mengemis minta dikasihani.
KESEJAHTERAAN DAN PROFESIONALISME DIRI
Siapa yang menuai dia yang akan memetik saya pikir perlu kita camkan setelah kita memang layak menuai kesejahteraan maka pandangan masyarakat akan mengatakan kita memang layak dihargai, tulisan ini sekedar menghisab diri dengan pilihan menjadi profesi pendidik jangan jadi orang yang dikasihani tapi meningkatkan diri untuk layak diprofesi ini dan dihargai. Penghargaan saya untuk bapak ibu guru yang telah mendidik dengan yang terbaik , semoga keutamaan Allah menjadi sesuatu yang lebih baik yang kita dapatkan selain penghargaan gaji di dunia ini. wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar