Senin, 20 Juni 2011

AKU DAN GURU

Menjadi seorang guru saya pikir adalah sebuah  pilihan dari pilihan pekerjaan yang kita harus siap dengan resikonya, senyum miris saya  ketika guru-guru berdemo meminta kenaikan  gaji, tentu bukan tuntutan kenaikan gaji itu yang membuat miris saya karena menurut pandangan saya tuntutan kita sebagai guru itu merupakan  bentuk kasih  sayang kita  kepada  pemegang kebijakan agar diakherat nanti dia  tidak termasuk yang mendolomi posisi guru karena lalai memperhatikan posisi kesejahteraannya. Hal Yang membuat saya miris adalah saya  takut bila kita sebagai seorang  guru dilihat orang sebagai orang yang “lucu” karena seperti orang yang tidak tahu dengan pilihannya sudah tahu gaji guru kecil tapi tetap  mau jadi guru.

CARA PANDANG POSISI GURU
Saya pikIr saat kita  memutuskan menjadi  seorang  guru apatah itu  guru honor taupun guru negeri posisi kesejahteraan guru tentu saat  ini tidak akan sama dengan posisi para pengusaha  atau para wirausahawan, ini yang harus  kita sadari,  bermula dari kesadaran pilihan ini akan menjadikan kita bukan sebagai  objek yang perlu dikasihani orang tapi sebagi orang yang memilih menjadi guru yang  belum diberi kesejahteraan yang layak sebagai pendidik. Cara pandang ini akan membedakan sikap kita saat menuntut kenaikan  gaji dan  saat  kita menjadi seorang pendidik di  kelas.  Guru  yang berpandangan sebagi  objek yang perlu  dikasihani dia akan memelas memperlihatkan “kemiskinannya” agar  diberi gaji yang bagus, tapi guru dengan dipandang sebagai yang belum diberi layak  kesejahteraan  mereka akan memiliki daya tawar tinggi sehingga mereka memang pantas diberi gaji sebagai salah satu dasar pembentuK kesejahteraan tapi pemerintah tidak membayar mereka dengan layak.
Pada posisi cara pandang inilah  saya pikir guru  mesti bergerak jangan sampai kita terlihat sebagi dluafa yang  perlu dikasihani  mestinya kita menjadi  seperti  orang faqir dalam alquran yang tidak diketahui kefaqirannya karena mereka menjaga  dirinya dari  pandangan orang lain.

MEMBANGUN  CARA PANDANG POSISI  GURU
Selanjutnya yang menjadi pemikiran saya  adalah baggaimana kita memiliki posisi  yang tidak menjadi posisi dikasihani  tapi meiliki kewibawaan manjadi orang yang pantas diberi gaji tinggi oleh siapapaun sehingga akan berdampak  pada penghargaan posisi kita.
a.       Sikap mental
Guru yang memiliki sikap  mental ingin dikasihani maka mereka akan merengek-rengek agar  mereka dikasihani dan  diberi tunjangan dengan memperlihatkan  ketiakberdayaannnya, tapi guru yang memiliki posisi layak digaji tingggi dia tidak akan merengek gajinya dinaikan  tapi dia berfikir bagaimana agar  dia memang  layak untuk diberi  gaji tinggi karena  memiliki kualitas dan etos kerja yang bagus sehingga tidak  layak diberi gaji rendah.

b.      Kualitas diri
Ironi  sekali  bila kita sebagai guru memposisikan diri sebagai beban anggaran APBN negara karena sebenarnya  kita tidak layak  digaji tinggi tapi ingin diberi gaji tinggi, kita perlu instropeksi diri sejauh  mana memang kita  layak diberi gaji tinggi  bila dilihat dari cara kita bertindak sebagi pendidik untuk itu kita perlu meningkatkan kualitas diri kita agar memang kita layak diberi gaji tinggi. Seminar, membaca  buku, menguasai keterampilan mengajar  merupakan kebutuhan kita bukan sekedar karena kita ingin lulus sertifikasi guru tapi sebagai jalan kita meningkatkan kualitas diri, kata-kata tidak ada fasilitas karena gaji kecil  atau waktu yang kurang  karena harus mencari penghasilan lain sejatinya bukan dalih dimana kita bisa aman untuk tidak meningkatkan kualiatas diri kita karena semuanya itu  adalah resiko pilihan kita sebagai orang yang memilih menjadi guru tidak ada lagi dalih bagi kita untuk tidak meningkatkan kualitas diri.

KEWIBAWAAN GURU
Wibawa bukanlah sesuatu yang kita kejar penghargaan  bukanlah tujuan kita menjadi guru sehingga kita menjadi  gila  akan kesemuanya itu dan menuntut diri  untuk  dihormati dan dihargai tapi  diri kita sendiri  yang akan  membentuk posisi apakah kita layak dihargai atau tidak karena itu penghargaan kesejahteraan pun akan terbentuk ketika kita memang  layak dihargai dengan kesejahteraan yang tinggi namun saat etos kerja kita sebagai guru tidak  layak dihargai tinggi  maka kita harusnya  malu untuk terus bertahan diposisi ini dan lebih tak tahu diri lagi kita pun mengemis minta dikasihani.

KESEJAHTERAAN DAN PROFESIONALISME DIRI
Siapa yang menuai dia yang  akan memetik saya pikir perlu kita camkan setelah kita memang layak  menuai kesejahteraan  maka pandangan masyarakat akan mengatakan kita memang layak dihargai, tulisan ini sekedar menghisab diri dengan pilihan  menjadi profesi pendidik jangan jadi orang yang dikasihani  tapi meningkatkan  diri untuk layak diprofesi ini dan dihargai. Penghargaan saya untuk bapak ibu guru yang telah mendidik dengan yang terbaik , semoga keutamaan Allah  menjadi sesuatu yang lebih baik yang kita dapatkan selain penghargaan gaji  di dunia ini. wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar